Selasa, 09 Juni 2015

RAWA



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

          Lahan rawa merupakan salah satu ekosistem yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Luas lahan ini, diperkirakan sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar 20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Namun demikian, ekosistem rawa, secara alami bersifat rapuh (fragile) oleh sebab itu dalam memanfaatkan lahan rawa dengan produktivitas optimal dan berkelanjutan, diperlukan teknologi pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu.

          Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan antara system perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi semak maupun kayu-kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal. Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungan-cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan.
          Pada kedua wilayah terakhir ini, karena posisinya bersambungan dengan laut terbuka, pengaruh pasang surut dari laut sangat dominan. Di bagian muara sungai dekat laut, pengaruh pasang surut sangat dominan, dan ke arah hulu atau daratan, pengaruhnya semakin berkurang sejalan dengan semakin jauhnya jarak dari laut.
          Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan berikut :
1.      Apa itu Rawa ?
2.      Bagaimana karakteristik rawa?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa ?
4.      Pemanfaatan rawa ?


C.     Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Rawa.
2.      Untuk mengetahui karakteristik rawa.
3.      Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa
4.      Untuk mengetahui Pemanfaatan rawa
5.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Apa itu lahan Rawa
rawa.jpg

          Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
images.jpg

          “Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dan rawa atau hutan gambut.ari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hu
marsh1.gif
          “Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwatermarsh), dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse dan Small, 1978).
WainfleetBog.jpg

          “Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog”, dan "raised bog”. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.
reeds-919.jpg

          “Fed” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral, yang disebut “laagveen” atau “lowmoor”.
gambut-300x225.jpg

          Lahan rawa merup arsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun akan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut definisi Ramsar Convention mencakup wilayah “m air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Secara alami, daerah rawa ternyata memiliki fungsi, antara lain:
·         Sumber daya alam, merupakan habitat (sumber kehidupan) karena terdapat udara (produsen O2 terbesar sepanjang tahun), air, dan makanan.
·         Mencegah terjadinya banjir.
Saat curah hujan tinggi, hutan rawa akan berperan sebagai penyimpan air sehingga air hujan tidak seluruhnya mengalir hingga banjir pun bisa dicegah.
·         Mencegah intrusi air laut kedalam air tanah dan sungai.
Lingkungan, daerah tropis bisa terecovery dengan cepat terhadap perubahan iklim (climate change).
·         Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
·         Sumber makanan nabati maupun hewani.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Jenis-jenis flora yang dapat dijumpai pada hutan rawa antara lain yaitu ramin, kayu putih, sagu, rotan, pandan, palem-paleman, dan lain sebagainya. Jenis faunanya antara lain harimau, buaya, rusa, babi hutan, badak, gajah, dan berbagai jenis ikan.
·         Sumber energi.
Rawa dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), walaupun daya yang dihasilkan tidak terlalu besar.

B.     Karakteristik rawa
1.      Air
Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman dan kadang-kadang merah dan mengakibatkan air rawa tidak dapat diminum serta kurang baik untuk mengairi pertanian.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7uBGA7ostzwtbc8tZFUv1AowLSqCdFhQv9xrb1c89wjPp8tyHhgHwoX42-6JACfeKUX4vnjaTJG_Mcya0cMzcyxurO46wPJnNvAXE9p8ZYSI6pkGBhC3SaPru3uUH6kBE-rAsirADsEc/s320/air-hitam1.jpg  https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSr-0O78ISscpO9b1oFA99qT6dHkVTVQRObzBEajUnkUY50mwyIxw
2.      Permukaan air
Permukaan air rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, hampir seluruh rawa. Contoh tanaman tersebut antara lain ekor kucing, purun kudung, tumbuhan paku air, bakung atau lily, rumput teki, hidrilia, kelakai, jingah, rukam, dan kangkung air.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGP1DWw1XyHe7Otm4F5DvHLFzF0AkZ43PGUukGSKKseB9st2oA8Mlzsyk3v00ZY-jvPear7k6R4tb-PLmzkm0NWWWarBOwrmSNBfRc54svmdE6ZMe9YKU7jDd2i2Bhchvh_rFqtJaVktZl/s320/Utricularia_aurea.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjarBFjoZM-Bct2c0R5x4LAfkVK3qbLSSo_kV4LNNbgcTlAkASnvKUs6lL1TidesVl07EN02CANpxUn46ybjh-CdLfE7EFJnCbH7GkAHK4kCEjNYtlMHi_rM18legGZmuZqYb2GQICF11UE/s1600/purun+kudung.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeuypb3zUuSSPIy_D1K0Ut4e50HaR2MMM4WN_9BWn800teH61Ng7SXfXfyQ0LG2pefZNRUD4y49DQt3j3LC2TK7-IIIB-LsMuRcsdtyRB2S2AGYQliAnDSWKEQGIjZBUzCBhKIP8dCbXyd/s320/salvinia+natans.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNdRot33K5jb9WfkdaLbwxUQZh1ZsQXp38qMWr7f4AWTX5WFTGxmK9LWvHWywtKnXIGwPtYT10qQSCIYh4rhoLieQUzTKZBtzhP-BsVIoW9Th5QBpR7GpmmTSrAx3_9fcDrrHuqfGGoOsK/s320/Bakung+dan+Kelakai.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyFz9DqB_qKNYQkRfLu2XfV-NEHgGkpWayRCYziNmLpZuF-MPJ5DDD5e_TKVeR2sDiMoyttzKVDlSy7edK1sFMmuieVKikPeG5lVm4jK5q-F_Lk0eld20EdQnq_M9AHbHsaYweMYjNO1V_/s1600/Cyperus_esculentus%252CI_HLV753.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-glSbJIp4rsHU0Sw75W2p2PaiJSw9nHYknwY9KnqbruvqmE3j-AdbzaoEJ7IrE0XO0GPSmWIHLymwoBWDbtOr73JJd43ZcowxdU0KKkhdNQhL8aWiedXHX4U3K3dCKCKXnnBaHQaD6Sxk/s320/Hydrilla+verticillata.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8q-mYLTddL4d3IrWcPOei7dUCVfjGzq-H0L7jGZmJBd5HrRfYA-maPQB8mV-VvvvHukUapiUh8nMkrB68B-NxO1kv3TeaHR-QefwwAfXCmboL-T_KWPV1Rqh_pK7y-pcFAjA-V9XWXxds/s200/Kelakai.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2KdJFfOOxRBK1rz9KnV6GGjsFVOmzjs3Bqc07AEWtyK3i6ubZZi8R_EcASkv3Hli3-CG-p8xE-sImA-YME6Se5iTvkhMvshyphenhyphent2KTY7BiVBL7-yURiuE7uzZHtKoH6ZGQTPm5upB81_dSm/s200/Glutta+renghas1.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF9youupU3nPNl3d_ewpw9tT5BaAAQUsPKU0n2cphrfLwhaX0axMMFBFJQSTX_XYsKvFKGdxAqqCjxitZwi2fXmBmz7PZ1k40BrBFwRNMmideaf8BQ2TzGY3PjqD6JSq2Ml35OjFY8LIPV/s320/Flacourtia+sp1.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1HaIfmmRC0eWx5bltXAi2E0arqgaNWUWIfq7rZqZVBnoACw2Nl1nHMT__7XxXBORDnbYq7lJghKJaA50GkPJqhJJGk-aoUsKzXlRnmTAIv46Or6RmdOOrvf6G_KSXj2W2yHPq4o-tgzr_/s320/kangkung.jpg

3.      ph
airnya bersifat asam, kadar keasaman airnya sangat tinggi karena selalu terjadi penggenangan.
4.      Lokasi
 Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut  Pada saat air luat pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air surut daerah ini kering. Dasar rawa terdapat tanah gambut
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj525qW0bu-pyaY6U4-fwj675UbkTBR0kXFBEeLf9sffgiWfKLdTJWMp3bFoVf2pp1bsEcntD1djn18fyaCz0hVIM0R__36s6Hp8NSw2DqFOInm7VmTxHmjaapXTzx1CTutKuhmdt1ujYR9/s320/IMGP2103.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJBjEoT2HFyrtXeWOE7sgRQxhZ6_9iX7Niu2ATGwSFfRZn1iuPgNgcOkuJUOU6yMCSGishwJZJUiZ44MT5uxxA4og4sD0vt5Cu2XsN3kGMq_vsi3L9DQSPQ_2uTAB6bCx3zI415fQ3Lks/s200/DSC_6028.JPG
Rawa pedalaman kalimantan                             rawa sekitar pantai selatan jember



C.    Faktor yang mempengaruhi karakteristik air rawa
1.      pelapukan (dekomposisi) zat organik
Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik dan industri. Penyebab warnanya adalah pelapukan (dekomposisi) zat organik seperti daun, kayu, binatang mati dan lain-lain. Asam humat yang berasal dari dekomposisi lignin inilah penyebab warna air, selain besi dalam wujud ferric humat. Secara umum dapat dikatakan, penyebab warna air ialah kation Ca, Mg, Fe, Mn. Oksida besi ini menyebabkan air berwarna kemerahan, oksida mangan menyebabkan air berwarna coklat kehitaman.
Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama disebut warna asli (true color), disebabkan oleh materi organik berukuran koloid dan terlarut (dissolved solid). Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa warna air gambut di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi dapat dihilangkan dengan kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau PAC dengan tanah liat setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color). Jenis ini disebabkan oleh zat tersuspensi dan zat terendapkan (coarse solid, partikel kasar) dan dapat dihilangkan dengan proses sentrifugasi, sedimentasi dan filtrasi.

2.      Pengendapan sedimen
Pengendapan sedimen membuat wilayah rawa sudah cukup dangkal sehingga tumbuhan rawa sudah bisa tumbuh.
3.      Proses pembusukan
Wilayah yang tergenang air tersebut ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan rawa, pembusukan sisa tanaman dan organisme lainnya terjadi di tempat tanpa ada sirkulasi air yang berarti. Proses pembusukan menghasilkan asam (asam humus) sehingga air rawa memiliki pH yang rendah (bersifat asam), dan berwarna coklat.

D.    Pemanfaatan rawa
Manfaat rawa diantaranya adalah sebagai berikut:
1)    rawa yang dikeringkan dapat digunakan sebagai lahan pertanian
sawah-rmt.jpg

2)    penghasil pohon bakau yang dapat melindungi daratan dari abrasi
hutan-bakau.jpg

3)    sebagai lokasi permukiman dengan model rumah bertiang
https://rifkisyabani.files.wordpress.com/2011/10/img-20111008-00832.jpg

4)    sebagian rawa dapat menghasilkan ikan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGyuDSquSzZK32qkGynwvLRC6ddZNhbtXZNiw3TachuPvg39gp_o5-IFqpokAbrcNaEmHAOj3L45pz8PbH4Hy_3tzQun_ZR5FYkU-KDUUilesAiE6h6vzdLAEkuLE7tKaQAv7OgUhCa9Lt/s1600/Salah-satu-budi-daya-Ikan-yang-dimiliki-warga-Bumi-Ayu-2.jpg











BAB III
PENUTUP
v  Kesimpulan
            Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Karakteristik rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, kadar keasaman airnya tinggi, warna airnya coklat sampai kehitam-hitaman, airnya tidak dapat di minum, dan dasar rawa terdapat tanah gambut
Faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa diantaranya pelapukan (dekomposisi ), pengendapan sedimentasi, dan proses pelpukan sisa tumbuhan dan hewan mati.
Pemanfaatan rawa diantaranya pertanian, lahan pohon bakau yang mampu melindungi daratan dari abrasi, pemukiman dngan rumah bertiang,serta budidaya ikan.
v  Kritik dan saran
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RAWA”. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun bagi pembaca agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Amin













DAFTAR ACUAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar