Selasa, 16 Juni 2015

pengaruh iklim terhadap kesehatan



TUGAS KLIMATOLOGI
“ PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN “

Dosen Pengajar :
Drs. H. Sidharta Adyatma, M. Sc
Dr. Deasy Arisanty, M. Si

Disusun Oleh :
Eli Dwi Ismawati                    A1A513001

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga menyebabkan perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kesehatan terhadap  iklim saat ini dan yang akan mendatang.
Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna untuk menyelamatkan sektor kesehatan di kalanhgan masyarakat pada umumnya.
B.     Rumusan Masalahh

1.    Apakah yang dimaksud dengan iklim ?
2.     Apa pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan ?
3.    Apa dampak dari perubahan iklim terhadap sektor kesehatan ?

C.     Tujuan

1.      Penyelesaian tugas kelompok klimatologi tentang pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan.
2.      Mengetahui dan mengerti apa yang dipengaruhi kesehatan terhadap iklim.
3.      Untuk menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan secara lebih luas mengenai pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan.

D.    Ruang Lingkup
Dalam Penyusunan Makalah ini hanya memaparkan atau menampilkan apa pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan serta dengan contoh wilayah yaitu di Indonesia.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Iklim adalah suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan. Dalam praktik iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu daerah yang luas dalam jangka waktu yang lama.Karena iklim berlaku tetap, maka penelitian tentang iklim dilakukan dengan, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai engan kebutuhan,kalaupun bisa memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi.
Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).
Disamping itu harus dipahami bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim. Dengan demikian fenomena alam yang menimbulkan kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam suatu tahun (inter annual) dan El-Nino serta La-Nina yang dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter decadal) tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan iklim global. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O).

B.     Pengaruh Iklim terhadap Sektor Kesehatan
Perubahan cuaca indonesia yang eksrem telah berlangsung  cukup lama. sulitnya memprediksi cuaca indonesia menyebabkan  banyak kerugian diberbagai sektor, nelayan kesulitan berlayar, petani gagal panen, transportasi angkutan laut terhambat dan masih banyak lagi  kerugian - kerugian akibat perubahan cuaca indonesia yang eksrem.
BMG ( Badan Meteorologi dan Geofisika ) indonesia sebagai lembaga yang mengelola dan sumber informasi mengenai perubahan cuaca indonesia sangat berperan penting dalam memberikan informasi keadaan cuaca di seluruh wilayah guna kelancaran diberbagai sektor, baik penerbangan, pelayaran, pertanian dan lain-lain. Keterbatasan sarana teknologi dan informasi sebagai penyebab utama terhambatnya pemberitahuan dini mengenai berbagai perubahan cuaca indonesia. Misalkan saja akan terjadinya angin kencang disuatu wilayah, atau badai besar dilaut. Jika saja teknologi yang dimiliki negara kita sudah berkembang dengan baik, sarana informasi dapat dengan cepat tersebar keberbagai pelosok negri mungkin akan sedikit sekali resiko terjadinya malapetaka. Para nelayan akan dari jauh-jauh hari melaut mengumpulkan buat bekal bilamana terjadinya angin kencang, petani bercocok tanam disesuaikan dengan kondisi alam, penerbangan sudah pasti tahu sejak dini karena sarana teknologi dan informasinya sudah memadai.
Cuaca indonesia sangat mempengaruhi kondisi roda perekonomi, lihat saja pada musim kemarau banyak sekali sawah-sawah kekeringan, kebakaran hutan, ladang pada gersang. Pada musim penghujan terjadi sebaliknya. Perubahan cuaca ekstrem dan kesehatan dari musim kemarau ke musim hujan, dari udara panas menyengat berubah menjadi dingin den lembap. Saat pergantian musim terjadi, tubuh akan beradaptasi untuk menghadapi perubahan musim yang terjadi. Kondisi seperti inilah yang kemudian menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat tubuh mudah terserang penyakit. Musim pancaroba diawali hujan yang tidak merata. Namun di beberapa tempat masih tetap berdebu dan berudara panas. Debu dan kotoran yang masih di tempat yang panas ini mudah diterbangkan angin ke tempat lain. Debu inilah yang menjadi penyebab penyakit.
Di musim ekstrem ini, mereka yang tidak memiliki daya tahan tubuh kurang maksimal sangat rentan terinfeksi penyakit. Terdapat 3 kategori yang rentan terinfeksi penyakit di musim pancaroba ini yaitu golongan lansia di atas 70 tahun, anak-anak kecil, dan mereka yang memiliki penyakit kronis.
Berikut adalah beberapa penyakit yang muncul di karenakan cuaca ekstrem dan seringkali menyerang balita antara lain:

Ø  Influenza (Flu)
Penyakit ini paling sering muncul saat cuaca ekstrem. Virus ini menyerang pertahanan tubuh manusia. Bila kita tidak maksimal menjaga daya tahan tubuh balita dengan baik, penyakit ini mudah sekali menyerang. Meskipun penyakit ini tidak berbahaya namun tetap saja dapat mengganggu kenyamanan si kecil. Balita akan rewel sepanjang hari karena tubuhnya lesu, meriang, pilek atau batuk. Biasanya diawali dengan demam (bisa mencapai 39,9 derajat Celsius)

Ø  ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Penyakit Saluran Pernafasan merupakan salah satu penyakit yang biasa diderita balita di musim pancaroba ini. Penyakit ini didahului dengan demam (37,4 – 39,4 derajat Celsius) dan menyerang sistem pernapasan.
ISPA dibedakan menjadi dua, yaitu:
·         Penyakit saluran pernapasan bagian atas.
Gejalanya lebih ringan seperti batuk pilek. Namun pada kasus tertentu gejala serius bisa saja terjadi yaitu demam yang agak tinggi (pada radang tenggorok) dan toksemia atau keracunan (pada difteri).
·         Penyakit saluran pernapasan bagian bawah.
Gangguan pernapasan ini antara lain bronkopneumonia, yaitu radang paru-paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorokan yang mengalami infeksi. Selain itu bronkioetitis, yaitu infeksi serius pada cabang terakhir saluran napas yang berdekatan dengan jaringan paru-paru.

Ø  Penyakit Saluran Cerna
Di musim ekstrem ini, penyakit saluran cerna, antara lain diare paling sering terjadi. Penyakit ini disebabkan kuman atau virus yang mencemari makanan dan minuman yang dikonsumsi balita. Penyakit ini ditandai dengan frekwensi buang air yang cair, mual dan muntah yang biasanya disertai demam, sakit kepala dan mulas-mulas. Yang dikhawatirkan adalah terjadi komplikasi diare seperti dehidrasi, yakni kekurangan cairan dan elektrolit yang bisa memicu kematian.

Ø  Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus DBD ini ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang berkembang biak di air jernih. Nyamuk ini biasanya bertelur pada genangan-genangan air hujan, seperti pada ban bekas, pot bunga ataupun pelepah pohon palem.

Ø  Asma
Perubahan cuaca ekstrem juga bisa memicu reaksi hipersensitivitas pada saluran napas. Akibat yang bisa terjadi adalah serangan sesak napas atau asma. Penyakit ini ditandai dengan napas yang berbunyi. Asma memang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol agar tidak kambuh sekalipun pada musim pancaroba.


Ø  Gangguan Kulit
Di musim ini, gangguan kulit pada balita berupa alergi kulit juga sering terjadi. Penyebabnya, selain diakibatkan perubahan cuaca yang drastis, juga karena si kecil suka sekali bermain hujan-hujanan. Akibatnya kulitnya tercemar zat-zat tertentu yang membuatnya alergi.

Ø  Sakit Mata
Penyakit ini umumnya disebabkan sumber air yang tercemar yang dapat menimbulkan peradangan. Cuaca buruk karena banyaknya kuman akibat polusi bisa menjadi pemicu mata merah. Penyakit mata ini berawal dari mata berair, mata merah, kotoran mata berlebih disertai gatal.

C.     Dampak perubahan Iklim terhadap kesehatan
Pemanasan global dan perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim umumnya ditandai oleh perubahan temperatur, pola curah hujan, permukaan laut dan intensitas kejadian ekstrim. Perubahan iklim mempengaruhi semua orang karena hidup kita terhubung ke iklim. (EPA, 2013). WHO (2003) menyatakan bahwa perubahan iklim global akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula, dampaknya akan bervariasi tergantung pada kondisi geografis, lingkungan, topografi dan kerentanan penduduk. Hal ini terjadi karena perubahan iklim akan mengganggu atau mengubah berbagai macam sistem ekologi dan fisik alami yang merupakan bagian integral dari sistem pendukung kehidupan bumi. Dampak perubahan iklim pada manusia antara lain:
Badai dan banjir. Peristiwa cuaca ekstrim berarti berpotensi menimbulkan kematian dan luka yang disebabkan oleh badai dan banjir. Selain itu, banjir dapat diikuti oleh wabah penyakit, seperti kolera, terutama ketika layanan air dan sanitasi rusak atau hancur.
Panas. Gelombang panas, terutama di perkotaan, secara langsung dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, terutama pada manusia usia lanjut yang memiliki riwayat penyakit jantung atau pernapasan. Selain gelombang panas, suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan ground-level ozone dan mempercepat mulainya musim serbuk sari yang berkontribusi terhadap serangan asma.
Biologi vektor. Perubahan suhu dan pola curah hujan mengubah distribusi geografis vektor serangga yang menyebarkan penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah.

Polusi udara. Polusi udara terkait dengan konsumsi energi dan sistem transportasi. Polusi udara menyebabkan beberapa masalah utama kesehatan masyarakat seperti polusi udara luar ruangan (800.000 kematian global tahunan); kecelakaan lalu lintas (1,2 juta kematian tahunan), aktivitas fisik (1,9 juta kematian), dan polusi udara dalam ruangan (1,5 juta kematian tahunan).

Ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan menjadi masalah berat di negara-negara yang populasinya besar dan bergantung pada pertanian tadah hujan. Kekurangan gizi sebagian besar disebabkan oleh kekeringan periodik dan menyebabkan 3,5 juta kematian setiap tahun.

Kerentanan sosial. Populasi yang paling rentan adalah penduduk yang tinggal di pedalaman negara berkembang, daerah pegunungan, daerah sulit air, kota-kota besar dan daerah pesisir di negara berkembang dan juga orang-orang miskin dan mereka yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat pada 70.000 kematian akibat gelombang panas di Eropa pada tahun 2003, atau kematian akibat malaria baru di dataran tinggi Afrika Tengah yang sebagian besar korbannya adalah anak-anak, perempuan, dan manusia usia lanjut dari keluarga miskin yang tinggal di daerah yang secara geografis beresiko tinggi.





























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam kesehatan. Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga menyebabkan perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia.
Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).
Beberapa penyakit yang muncul di karenakan cuaca ekstrem dan seringkali menyerang balita antara lain: Influenza (Flu), ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut), Penyakit Saluran Cerna, Demam Berdarah Dengue (DBD), Asma, Gangguan Kulit, dan Sakit Mata.

B.     Kritik dan Saran
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN “. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun bagi pembaca agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Amin ...



DAFTAR PUSTAKA

Hadi Firman (2013) .Adaptasi perubahan iklim. From http://m.kompasiana.com/post/read/579827/2, 03 Mei 2014
Anonim (2014).pengaruh cuaca terhadap kesehatan. From http://www.slideshare.net/raisindikri/laporan-kelompok-pengaruh-cuaca-terhadap-kesehatan, 01 April 2014
Riki Hidayat (2014).masalah iklim pada sektor kesehatan. From http://rikihidayathidayat.blogspot.com/2012/04/masalah-iklim-pada-sektor-kesehatan.html#close, 03 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar