Selasa, 16 Juni 2015

pengaruh iklim terhadap kesehatan



TUGAS KLIMATOLOGI
“ PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN “

Dosen Pengajar :
Drs. H. Sidharta Adyatma, M. Sc
Dr. Deasy Arisanty, M. Si

Disusun Oleh :
Eli Dwi Ismawati                    A1A513001

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga menyebabkan perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kesehatan terhadap  iklim saat ini dan yang akan mendatang.
Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna untuk menyelamatkan sektor kesehatan di kalanhgan masyarakat pada umumnya.
B.     Rumusan Masalahh

1.    Apakah yang dimaksud dengan iklim ?
2.     Apa pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan ?
3.    Apa dampak dari perubahan iklim terhadap sektor kesehatan ?

C.     Tujuan

1.      Penyelesaian tugas kelompok klimatologi tentang pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan.
2.      Mengetahui dan mengerti apa yang dipengaruhi kesehatan terhadap iklim.
3.      Untuk menambah wawasan maupun ilmu pengetahuan secara lebih luas mengenai pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan.

D.    Ruang Lingkup
Dalam Penyusunan Makalah ini hanya memaparkan atau menampilkan apa pengaruh iklim terhadap sektor kesehatan serta dengan contoh wilayah yaitu di Indonesia.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Iklim adalah suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan. Dalam praktik iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu daerah yang luas dalam jangka waktu yang lama.Karena iklim berlaku tetap, maka penelitian tentang iklim dilakukan dengan, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai engan kebutuhan,kalaupun bisa memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi.
Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).
Disamping itu harus dipahami bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim. Dengan demikian fenomena alam yang menimbulkan kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam suatu tahun (inter annual) dan El-Nino serta La-Nina yang dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter decadal) tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan iklim global. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O).

B.     Pengaruh Iklim terhadap Sektor Kesehatan
Perubahan cuaca indonesia yang eksrem telah berlangsung  cukup lama. sulitnya memprediksi cuaca indonesia menyebabkan  banyak kerugian diberbagai sektor, nelayan kesulitan berlayar, petani gagal panen, transportasi angkutan laut terhambat dan masih banyak lagi  kerugian - kerugian akibat perubahan cuaca indonesia yang eksrem.
BMG ( Badan Meteorologi dan Geofisika ) indonesia sebagai lembaga yang mengelola dan sumber informasi mengenai perubahan cuaca indonesia sangat berperan penting dalam memberikan informasi keadaan cuaca di seluruh wilayah guna kelancaran diberbagai sektor, baik penerbangan, pelayaran, pertanian dan lain-lain. Keterbatasan sarana teknologi dan informasi sebagai penyebab utama terhambatnya pemberitahuan dini mengenai berbagai perubahan cuaca indonesia. Misalkan saja akan terjadinya angin kencang disuatu wilayah, atau badai besar dilaut. Jika saja teknologi yang dimiliki negara kita sudah berkembang dengan baik, sarana informasi dapat dengan cepat tersebar keberbagai pelosok negri mungkin akan sedikit sekali resiko terjadinya malapetaka. Para nelayan akan dari jauh-jauh hari melaut mengumpulkan buat bekal bilamana terjadinya angin kencang, petani bercocok tanam disesuaikan dengan kondisi alam, penerbangan sudah pasti tahu sejak dini karena sarana teknologi dan informasinya sudah memadai.
Cuaca indonesia sangat mempengaruhi kondisi roda perekonomi, lihat saja pada musim kemarau banyak sekali sawah-sawah kekeringan, kebakaran hutan, ladang pada gersang. Pada musim penghujan terjadi sebaliknya. Perubahan cuaca ekstrem dan kesehatan dari musim kemarau ke musim hujan, dari udara panas menyengat berubah menjadi dingin den lembap. Saat pergantian musim terjadi, tubuh akan beradaptasi untuk menghadapi perubahan musim yang terjadi. Kondisi seperti inilah yang kemudian menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat tubuh mudah terserang penyakit. Musim pancaroba diawali hujan yang tidak merata. Namun di beberapa tempat masih tetap berdebu dan berudara panas. Debu dan kotoran yang masih di tempat yang panas ini mudah diterbangkan angin ke tempat lain. Debu inilah yang menjadi penyebab penyakit.
Di musim ekstrem ini, mereka yang tidak memiliki daya tahan tubuh kurang maksimal sangat rentan terinfeksi penyakit. Terdapat 3 kategori yang rentan terinfeksi penyakit di musim pancaroba ini yaitu golongan lansia di atas 70 tahun, anak-anak kecil, dan mereka yang memiliki penyakit kronis.
Berikut adalah beberapa penyakit yang muncul di karenakan cuaca ekstrem dan seringkali menyerang balita antara lain:

Ø  Influenza (Flu)
Penyakit ini paling sering muncul saat cuaca ekstrem. Virus ini menyerang pertahanan tubuh manusia. Bila kita tidak maksimal menjaga daya tahan tubuh balita dengan baik, penyakit ini mudah sekali menyerang. Meskipun penyakit ini tidak berbahaya namun tetap saja dapat mengganggu kenyamanan si kecil. Balita akan rewel sepanjang hari karena tubuhnya lesu, meriang, pilek atau batuk. Biasanya diawali dengan demam (bisa mencapai 39,9 derajat Celsius)

Ø  ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Penyakit Saluran Pernafasan merupakan salah satu penyakit yang biasa diderita balita di musim pancaroba ini. Penyakit ini didahului dengan demam (37,4 – 39,4 derajat Celsius) dan menyerang sistem pernapasan.
ISPA dibedakan menjadi dua, yaitu:
·         Penyakit saluran pernapasan bagian atas.
Gejalanya lebih ringan seperti batuk pilek. Namun pada kasus tertentu gejala serius bisa saja terjadi yaitu demam yang agak tinggi (pada radang tenggorok) dan toksemia atau keracunan (pada difteri).
·         Penyakit saluran pernapasan bagian bawah.
Gangguan pernapasan ini antara lain bronkopneumonia, yaitu radang paru-paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorokan yang mengalami infeksi. Selain itu bronkioetitis, yaitu infeksi serius pada cabang terakhir saluran napas yang berdekatan dengan jaringan paru-paru.

Ø  Penyakit Saluran Cerna
Di musim ekstrem ini, penyakit saluran cerna, antara lain diare paling sering terjadi. Penyakit ini disebabkan kuman atau virus yang mencemari makanan dan minuman yang dikonsumsi balita. Penyakit ini ditandai dengan frekwensi buang air yang cair, mual dan muntah yang biasanya disertai demam, sakit kepala dan mulas-mulas. Yang dikhawatirkan adalah terjadi komplikasi diare seperti dehidrasi, yakni kekurangan cairan dan elektrolit yang bisa memicu kematian.

Ø  Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus DBD ini ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang berkembang biak di air jernih. Nyamuk ini biasanya bertelur pada genangan-genangan air hujan, seperti pada ban bekas, pot bunga ataupun pelepah pohon palem.

Ø  Asma
Perubahan cuaca ekstrem juga bisa memicu reaksi hipersensitivitas pada saluran napas. Akibat yang bisa terjadi adalah serangan sesak napas atau asma. Penyakit ini ditandai dengan napas yang berbunyi. Asma memang tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol agar tidak kambuh sekalipun pada musim pancaroba.


Ø  Gangguan Kulit
Di musim ini, gangguan kulit pada balita berupa alergi kulit juga sering terjadi. Penyebabnya, selain diakibatkan perubahan cuaca yang drastis, juga karena si kecil suka sekali bermain hujan-hujanan. Akibatnya kulitnya tercemar zat-zat tertentu yang membuatnya alergi.

Ø  Sakit Mata
Penyakit ini umumnya disebabkan sumber air yang tercemar yang dapat menimbulkan peradangan. Cuaca buruk karena banyaknya kuman akibat polusi bisa menjadi pemicu mata merah. Penyakit mata ini berawal dari mata berair, mata merah, kotoran mata berlebih disertai gatal.

C.     Dampak perubahan Iklim terhadap kesehatan
Pemanasan global dan perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim umumnya ditandai oleh perubahan temperatur, pola curah hujan, permukaan laut dan intensitas kejadian ekstrim. Perubahan iklim mempengaruhi semua orang karena hidup kita terhubung ke iklim. (EPA, 2013). WHO (2003) menyatakan bahwa perubahan iklim global akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula, dampaknya akan bervariasi tergantung pada kondisi geografis, lingkungan, topografi dan kerentanan penduduk. Hal ini terjadi karena perubahan iklim akan mengganggu atau mengubah berbagai macam sistem ekologi dan fisik alami yang merupakan bagian integral dari sistem pendukung kehidupan bumi. Dampak perubahan iklim pada manusia antara lain:
Badai dan banjir. Peristiwa cuaca ekstrim berarti berpotensi menimbulkan kematian dan luka yang disebabkan oleh badai dan banjir. Selain itu, banjir dapat diikuti oleh wabah penyakit, seperti kolera, terutama ketika layanan air dan sanitasi rusak atau hancur.
Panas. Gelombang panas, terutama di perkotaan, secara langsung dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, terutama pada manusia usia lanjut yang memiliki riwayat penyakit jantung atau pernapasan. Selain gelombang panas, suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan ground-level ozone dan mempercepat mulainya musim serbuk sari yang berkontribusi terhadap serangan asma.
Biologi vektor. Perubahan suhu dan pola curah hujan mengubah distribusi geografis vektor serangga yang menyebarkan penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah.

Polusi udara. Polusi udara terkait dengan konsumsi energi dan sistem transportasi. Polusi udara menyebabkan beberapa masalah utama kesehatan masyarakat seperti polusi udara luar ruangan (800.000 kematian global tahunan); kecelakaan lalu lintas (1,2 juta kematian tahunan), aktivitas fisik (1,9 juta kematian), dan polusi udara dalam ruangan (1,5 juta kematian tahunan).

Ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan menjadi masalah berat di negara-negara yang populasinya besar dan bergantung pada pertanian tadah hujan. Kekurangan gizi sebagian besar disebabkan oleh kekeringan periodik dan menyebabkan 3,5 juta kematian setiap tahun.

Kerentanan sosial. Populasi yang paling rentan adalah penduduk yang tinggal di pedalaman negara berkembang, daerah pegunungan, daerah sulit air, kota-kota besar dan daerah pesisir di negara berkembang dan juga orang-orang miskin dan mereka yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat pada 70.000 kematian akibat gelombang panas di Eropa pada tahun 2003, atau kematian akibat malaria baru di dataran tinggi Afrika Tengah yang sebagian besar korbannya adalah anak-anak, perempuan, dan manusia usia lanjut dari keluarga miskin yang tinggal di daerah yang secara geografis beresiko tinggi.





























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam kesehatan. Perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga menyebabkan perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi masyarakat dunia.
Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).
Beberapa penyakit yang muncul di karenakan cuaca ekstrem dan seringkali menyerang balita antara lain: Influenza (Flu), ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut), Penyakit Saluran Cerna, Demam Berdarah Dengue (DBD), Asma, Gangguan Kulit, dan Sakit Mata.

B.     Kritik dan Saran
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN “. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun bagi pembaca agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Amin ...



DAFTAR PUSTAKA

Hadi Firman (2013) .Adaptasi perubahan iklim. From http://m.kompasiana.com/post/read/579827/2, 03 Mei 2014
Anonim (2014).pengaruh cuaca terhadap kesehatan. From http://www.slideshare.net/raisindikri/laporan-kelompok-pengaruh-cuaca-terhadap-kesehatan, 01 April 2014
Riki Hidayat (2014).masalah iklim pada sektor kesehatan. From http://rikihidayathidayat.blogspot.com/2012/04/masalah-iklim-pada-sektor-kesehatan.html#close, 03 Mei 2014

Selasa, 09 Juni 2015

RAWA



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

          Lahan rawa merupakan salah satu ekosistem yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Luas lahan ini, diperkirakan sekitar 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan pasang surut sekitar 20 juta ha dan rawa lebak 13 juta ha. Namun demikian, ekosistem rawa, secara alami bersifat rapuh (fragile) oleh sebab itu dalam memanfaatkan lahan rawa dengan produktivitas optimal dan berkelanjutan, diperlukan teknologi pengelolaan lahan yang tepat dan terpadu.

          Lahan rawa sebenarnya merupakan lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan antara system perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun, atau dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rumputan (reeds, sedges, dan rushes), vegetasi semak maupun kayu-kayuan/hutan, tanahnya jenuh air atau mempunyai permukaan air tanah dangkal, atau bahkan tergenang dangkal. Lahan rawa yang berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungan-cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik yang menempati dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan.
          Pada kedua wilayah terakhir ini, karena posisinya bersambungan dengan laut terbuka, pengaruh pasang surut dari laut sangat dominan. Di bagian muara sungai dekat laut, pengaruh pasang surut sangat dominan, dan ke arah hulu atau daratan, pengaruhnya semakin berkurang sejalan dengan semakin jauhnya jarak dari laut.
          Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan berikut :
1.      Apa itu Rawa ?
2.      Bagaimana karakteristik rawa?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa ?
4.      Pemanfaatan rawa ?


C.     Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Rawa.
2.      Untuk mengetahui karakteristik rawa.
3.      Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik rawa
4.      Untuk mengetahui Pemanfaatan rawa
5.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Apa itu lahan Rawa
rawa.jpg

          Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
images.jpg

          “Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dan rawa atau hutan gambut.ari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hu
marsh1.gif
          “Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau saltwatermarsh), dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh) (SSSA, 1984; Monkhouse dan Small, 1978).
WainfleetBog.jpg

          “Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal, dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (ber-reaksi) masam. Ada dua macam bog, yaitu "blanket bog”, dan "raised bog”. Blanket bog adalah rawa yang terbentuk karena kondisi curah hujan tinggi, membentuk deposit gambut tersusun dari lumut spaghnum, menutupi tanah seperti selimut pada permukaan lahan yang relatif rata. Raised bog adalah akumulasi gambut masam yang tebal, disebut “hochmoor", yang dapat mencapai ketebalan 5 meter, dan membentuk lapisan (gambut) berbentuk lensa pada suatu cekungan dangkal.
reeds-919.jpg

          “Fed” adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis “reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi alkalis, biasanya mengandung kapur (CaCO3), atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral, yang disebut “laagveen” atau “lowmoor”.
gambut-300x225.jpg

          Lahan rawa merup arsh”, “fen”, lahan gambut (peatland), atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun akan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut definisi Ramsar Convention mencakup wilayah “m air asin, termasuk juga wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Secara alami, daerah rawa ternyata memiliki fungsi, antara lain:
·         Sumber daya alam, merupakan habitat (sumber kehidupan) karena terdapat udara (produsen O2 terbesar sepanjang tahun), air, dan makanan.
·         Mencegah terjadinya banjir.
Saat curah hujan tinggi, hutan rawa akan berperan sebagai penyimpan air sehingga air hujan tidak seluruhnya mengalir hingga banjir pun bisa dicegah.
·         Mencegah intrusi air laut kedalam air tanah dan sungai.
Lingkungan, daerah tropis bisa terecovery dengan cepat terhadap perubahan iklim (climate change).
·         Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah.
·         Sumber makanan nabati maupun hewani.
Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Jenis-jenis flora yang dapat dijumpai pada hutan rawa antara lain yaitu ramin, kayu putih, sagu, rotan, pandan, palem-paleman, dan lain sebagainya. Jenis faunanya antara lain harimau, buaya, rusa, babi hutan, badak, gajah, dan berbagai jenis ikan.
·         Sumber energi.
Rawa dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), walaupun daya yang dihasilkan tidak terlalu besar.

B.     Karakteristik rawa
1.      Air
Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman dan kadang-kadang merah dan mengakibatkan air rawa tidak dapat diminum serta kurang baik untuk mengairi pertanian.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7uBGA7ostzwtbc8tZFUv1AowLSqCdFhQv9xrb1c89wjPp8tyHhgHwoX42-6JACfeKUX4vnjaTJG_Mcya0cMzcyxurO46wPJnNvAXE9p8ZYSI6pkGBhC3SaPru3uUH6kBE-rAsirADsEc/s320/air-hitam1.jpg  https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSr-0O78ISscpO9b1oFA99qT6dHkVTVQRObzBEajUnkUY50mwyIxw
2.      Permukaan air
Permukaan air rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, hampir seluruh rawa. Contoh tanaman tersebut antara lain ekor kucing, purun kudung, tumbuhan paku air, bakung atau lily, rumput teki, hidrilia, kelakai, jingah, rukam, dan kangkung air.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGP1DWw1XyHe7Otm4F5DvHLFzF0AkZ43PGUukGSKKseB9st2oA8Mlzsyk3v00ZY-jvPear7k6R4tb-PLmzkm0NWWWarBOwrmSNBfRc54svmdE6ZMe9YKU7jDd2i2Bhchvh_rFqtJaVktZl/s320/Utricularia_aurea.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjarBFjoZM-Bct2c0R5x4LAfkVK3qbLSSo_kV4LNNbgcTlAkASnvKUs6lL1TidesVl07EN02CANpxUn46ybjh-CdLfE7EFJnCbH7GkAHK4kCEjNYtlMHi_rM18legGZmuZqYb2GQICF11UE/s1600/purun+kudung.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeuypb3zUuSSPIy_D1K0Ut4e50HaR2MMM4WN_9BWn800teH61Ng7SXfXfyQ0LG2pefZNRUD4y49DQt3j3LC2TK7-IIIB-LsMuRcsdtyRB2S2AGYQliAnDSWKEQGIjZBUzCBhKIP8dCbXyd/s320/salvinia+natans.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNdRot33K5jb9WfkdaLbwxUQZh1ZsQXp38qMWr7f4AWTX5WFTGxmK9LWvHWywtKnXIGwPtYT10qQSCIYh4rhoLieQUzTKZBtzhP-BsVIoW9Th5QBpR7GpmmTSrAx3_9fcDrrHuqfGGoOsK/s320/Bakung+dan+Kelakai.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyFz9DqB_qKNYQkRfLu2XfV-NEHgGkpWayRCYziNmLpZuF-MPJ5DDD5e_TKVeR2sDiMoyttzKVDlSy7edK1sFMmuieVKikPeG5lVm4jK5q-F_Lk0eld20EdQnq_M9AHbHsaYweMYjNO1V_/s1600/Cyperus_esculentus%252CI_HLV753.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-glSbJIp4rsHU0Sw75W2p2PaiJSw9nHYknwY9KnqbruvqmE3j-AdbzaoEJ7IrE0XO0GPSmWIHLymwoBWDbtOr73JJd43ZcowxdU0KKkhdNQhL8aWiedXHX4U3K3dCKCKXnnBaHQaD6Sxk/s320/Hydrilla+verticillata.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8q-mYLTddL4d3IrWcPOei7dUCVfjGzq-H0L7jGZmJBd5HrRfYA-maPQB8mV-VvvvHukUapiUh8nMkrB68B-NxO1kv3TeaHR-QefwwAfXCmboL-T_KWPV1Rqh_pK7y-pcFAjA-V9XWXxds/s200/Kelakai.jpg https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2KdJFfOOxRBK1rz9KnV6GGjsFVOmzjs3Bqc07AEWtyK3i6ubZZi8R_EcASkv3Hli3-CG-p8xE-sImA-YME6Se5iTvkhMvshyphenhyphent2KTY7BiVBL7-yURiuE7uzZHtKoH6ZGQTPm5upB81_dSm/s200/Glutta+renghas1.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF9youupU3nPNl3d_ewpw9tT5BaAAQUsPKU0n2cphrfLwhaX0axMMFBFJQSTX_XYsKvFKGdxAqqCjxitZwi2fXmBmz7PZ1k40BrBFwRNMmideaf8BQ2TzGY3PjqD6JSq2Ml35OjFY8LIPV/s320/Flacourtia+sp1.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1HaIfmmRC0eWx5bltXAi2E0arqgaNWUWIfq7rZqZVBnoACw2Nl1nHMT__7XxXBORDnbYq7lJghKJaA50GkPJqhJJGk-aoUsKzXlRnmTAIv46Or6RmdOOrvf6G_KSXj2W2yHPq4o-tgzr_/s320/kangkung.jpg

3.      ph
airnya bersifat asam, kadar keasaman airnya sangat tinggi karena selalu terjadi penggenangan.
4.      Lokasi
 Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut  Pada saat air luat pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air surut daerah ini kering. Dasar rawa terdapat tanah gambut
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj525qW0bu-pyaY6U4-fwj675UbkTBR0kXFBEeLf9sffgiWfKLdTJWMp3bFoVf2pp1bsEcntD1djn18fyaCz0hVIM0R__36s6Hp8NSw2DqFOInm7VmTxHmjaapXTzx1CTutKuhmdt1ujYR9/s320/IMGP2103.JPG https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJBjEoT2HFyrtXeWOE7sgRQxhZ6_9iX7Niu2ATGwSFfRZn1iuPgNgcOkuJUOU6yMCSGishwJZJUiZ44MT5uxxA4og4sD0vt5Cu2XsN3kGMq_vsi3L9DQSPQ_2uTAB6bCx3zI415fQ3Lks/s200/DSC_6028.JPG
Rawa pedalaman kalimantan                             rawa sekitar pantai selatan jember



C.    Faktor yang mempengaruhi karakteristik air rawa
1.      pelapukan (dekomposisi) zat organik
Air yang ada di rawa-rawa biasanya berwarna sehingga tidak layak dimanfaatkan secara langsung sebelum diolah untuk keperluan domestik dan industri. Penyebab warnanya adalah pelapukan (dekomposisi) zat organik seperti daun, kayu, binatang mati dan lain-lain. Asam humat yang berasal dari dekomposisi lignin inilah penyebab warna air, selain besi dalam wujud ferric humat. Secara umum dapat dikatakan, penyebab warna air ialah kation Ca, Mg, Fe, Mn. Oksida besi ini menyebabkan air berwarna kemerahan, oksida mangan menyebabkan air berwarna coklat kehitaman.
Berkaitan dengan warna tersebut, jenisnya dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama disebut warna asli (true color), disebabkan oleh materi organik berukuran koloid dan terlarut (dissolved solid). Contohnya air gambut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa warna air gambut di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi dapat dihilangkan dengan kombinasi koagulan alum sulfat, besi sulfat (ion trivalent) atau PAC dengan tanah liat setempat. Yang kedua ialah warna palsu (apparent color). Jenis ini disebabkan oleh zat tersuspensi dan zat terendapkan (coarse solid, partikel kasar) dan dapat dihilangkan dengan proses sentrifugasi, sedimentasi dan filtrasi.

2.      Pengendapan sedimen
Pengendapan sedimen membuat wilayah rawa sudah cukup dangkal sehingga tumbuhan rawa sudah bisa tumbuh.
3.      Proses pembusukan
Wilayah yang tergenang air tersebut ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan rawa, pembusukan sisa tanaman dan organisme lainnya terjadi di tempat tanpa ada sirkulasi air yang berarti. Proses pembusukan menghasilkan asam (asam humus) sehingga air rawa memiliki pH yang rendah (bersifat asam), dan berwarna coklat.

D.    Pemanfaatan rawa
Manfaat rawa diantaranya adalah sebagai berikut:
1)    rawa yang dikeringkan dapat digunakan sebagai lahan pertanian
sawah-rmt.jpg

2)    penghasil pohon bakau yang dapat melindungi daratan dari abrasi
hutan-bakau.jpg

3)    sebagai lokasi permukiman dengan model rumah bertiang
https://rifkisyabani.files.wordpress.com/2011/10/img-20111008-00832.jpg

4)    sebagian rawa dapat menghasilkan ikan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGyuDSquSzZK32qkGynwvLRC6ddZNhbtXZNiw3TachuPvg39gp_o5-IFqpokAbrcNaEmHAOj3L45pz8PbH4Hy_3tzQun_ZR5FYkU-KDUUilesAiE6h6vzdLAEkuLE7tKaQAv7OgUhCa9Lt/s1600/Salah-satu-budi-daya-Ikan-yang-dimiliki-warga-Bumi-Ayu-2.jpg











BAB III
PENUTUP
v  Kesimpulan
            Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Karakteristik rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, kadar keasaman airnya tinggi, warna airnya coklat sampai kehitam-hitaman, airnya tidak dapat di minum, dan dasar rawa terdapat tanah gambut
Faktor yang mempengaruhi karakteristik rawa diantaranya pelapukan (dekomposisi ), pengendapan sedimentasi, dan proses pelpukan sisa tumbuhan dan hewan mati.
Pemanfaatan rawa diantaranya pertanian, lahan pohon bakau yang mampu melindungi daratan dari abrasi, pemukiman dngan rumah bertiang,serta budidaya ikan.
v  Kritik dan saran
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RAWA”. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun bagi pembaca agar penulis dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Amin













DAFTAR ACUAN