DAFTAR
PUSTAKA
Rabu, 08 Oktober 2014
lanjutan bab 1
Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada
pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur
Timur. Kabupaten Barito Kuala berada
pada hamparan wilayah yang datar dengan kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian
elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan laut.
Angin pada bulan Januari, Pebruari dan Maret berhembus dari
arah Barat Laut, bulan April dari arah Tenggara dan pada bulan Nopember, arah
angin dari Barat Laut. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh
iklim, geografi dan pertemuan arus udara.
Jumlah curah hujan selama Tahun 2009 sebesar 2.047 mm.
Curah hujan tertinggi pada Tahun 2009 terjadi pada bulan Januari dan Desember
yaitu sebesar 359,7 dan 334 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan
September yakni sebesar 9,7 mm. Jumlah hari hujan selama Tahun 2009 sebanyak
107 hari dengan hari hujan terbanyak adalah di bulan Januari sebesar 19 hari.
Hari hujan terjarang terjadi di bulan Agustus dan September sebanyak 1 hari
hujan.
A.
RUMUSAN
MASALAH
1. Jelaskan
pengertian ekosistem ?
2. Bagaimana
ekosistem sawah pasang surut yang ada di Barito Kuala ?
3. Sebutkan
dan jelaskan urutan satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem ?
B.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Untuk
memenuhi tugas makalah geografi tanah.
2. Menambah
wawasan mengenai pasang surut sawah.
3. Dapat
menguraikan tentang devinisi-devinisi dari ekosistem sawah pasang surut.
bab 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena
adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi
kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak
hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya
saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi
antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan.
Antara makhluk hidup satu dengan yang
lain akan selalu terjadi interaksi. Ekosistem
tersusun atas komponen-komponen yang saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Komponenitu membentuk satuan-satuan organisme kehidupan. Antara
individu yang satu dengan lainnya dalam satu daerah akan membentuk populasi.
Selanjutnya, antara populasi yang satu dengan yang lainnya dalam satu daerah
akan terjadi interaksi membentuk komunitas.
Selanjutnya, komunitas ini juga akan selalu beriteraksi dengan tempat
hidupnya.
Hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya akan membentuk
ekosistem. Kumpulan ekosistem di dunia akan membentuk biosfer. Urutan
satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem dari yang kecil sampai yang besar adalah
sebagai berikut: Individu, Populasi, Komunitas, Ekosistem, dan Biosfer.
Kabupaten Barito
Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan
Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten
Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Banjar dan Kota
bab 2 dan 3
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu proses yang
terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga
komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua
komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan
dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini
akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat
memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu
maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga.
Gambar 1.1
menggambarkan kesatuan ekosistem
Berikut ini
adalah definisi Ekosistem menurut para ahli
1) Ekosistem adalah
tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun
abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling
tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis
dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan
interaksi kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
2) Ekosistem, yaitu
tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan
binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga
semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi
(Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
3) Ekosistem, yaitu unit
fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan
lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling
memengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional
dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen
secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses
ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus
energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
4) Ekosistem, yaitu
tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur
lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun
benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang
masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan
saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak
dapat dipisah-pisahkan.
5) Ekosistem, yaitu
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan organisasi ini
dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-komponen dengan fungsi
berbeda yang terkoordinasi secara baik sehingga masing-masing komponen terjadi
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan
dan jaring makanan yang pada setiap proses ini terjadi aliran energi dan siklus
materi.
a) Hukum
Toleransi
Hukum toleransi berbunyi: Kehadiran,
kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus
berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut. Misalnya:
Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang
sempit terhadap makanannya (bambu). Berbeda dengan makhluk hidup yang lain,
manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk
berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
b)
Pengertian Sawah Pasang Surut
Sawah pasang surut adalah sawah yang
pengairannya berasal dari air sungai yang melimpah ke daratan akibat tertahan
oleh air laut yang pasang. Biasanya tersebar di daerah pantai dan rawa-rawa.
Jenis padi yang ditanam berupa padi yang berbatang tinggi. Sawah pasang surut
terdapat di pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, serta pantai selatan dan barat
Kalimantan.
B.
KOMPONEN
PEMBENTUK EKOSISTEM
1.
Lingkungan
ekosistem terdiri atas dua jenis :
a. Lingkungan biotik (komponen
makhluk hidup), misalnya hewan, tumbuh-tumbuhan dan mikroba.
b. Lingkungan abiotik (komponen
benda mati), misalnya cahaya, air, udara, tanah, dan energi. Komponen
abiotik yaitu komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat
tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar
komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat
berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi
distribusi organisme, yaitu:
1. Suhu.
Proses
biologi dipengaruhi suhu. Mamaliadan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2. Air.
Ketrsediaan
air mempengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di
gurun.
3. Garam.
konsentrasi
garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa
organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam
tinggi.
4. Cahaya
matahari.
Intensitas
dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya
sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau
cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan
suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah
dan batu.
Beberapa
karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral
membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di
tanah.
6. Iklim.
Iklim
adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro
meliputi iklim global, regional dan lokal.
Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas
tertentu. Komponen autotrof Terdiri dari organisme yang dapat membuat
makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar
matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (khemo-autotrof). Komponen autotrof
berperan sebagai produsen. Organisme autotrof adalah tumbuhan berklorofil,
seperti padi sawah.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Gambar
1.2
Dari segi
makanan ekosistem memiliki 2 komponen yang biasanya secara bagian terpisah
dalam ruang dan waktu yaitu:
1.
Komponen autotrofik (autotrophic).
Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya sendiri, dan trophikos artinya
menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu
menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik berasal
dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa
radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk
ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh-tumbuhan
hijau. Pada komponen autotrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan
sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.
2.
Komponen heterotrofik (heterotrofhic).
Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan
trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme
yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya,
sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain.
Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik,
kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke
dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur,
jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik atau
terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan
oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga
konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil.
Yang tergolong heterotrof adalah manusia,
hewan, jamur, dan mikroba. Pengurai
(dekomposer) Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati.
C.
Pengurai
disebut juga konsumen makro
Karena makanan yang dimakan berukuran
lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula detritivor
yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah
kutu kayu. Tipe dkomposisi ada tiga, yaitu:
1.
secara aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2.
secara anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima
elektron /oksidan.
D.
Fermentasi
:
anaerobik namun bahan organik yang
teroksidasi juga sebagai penerima elektron.
Semua komponen tersebut berada
pada suatu tempat dan berinteraksi
membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem
akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai
komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai,
sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan
oksigen yang terlarut dalam air. Konsep
Produktivitas Energi bersifat kekal, namun pada setiap pertukaran energi dari
satu bentuk ke bentuk lainnya akan mengalami kehilangan energi. Produktivitas primer suatu ekosistem adalah
laju penyimpanan energi melalui proses fotosintesa oleh produsen dalam bentuk
senyawa organik yang dapat dipakai sebagai bahan makanan. Produktifitas
sekunder adalah laju penyimpanan energi pada tingkat konsumen. Produktivitas
primer kotor adalah hasil seluruh fotosintesa, termasuk yang terpakai untuk
respirasi. Produktivitas primer bersih adalah hasil bersih fotosintesa.
Produktivitas komunitas bersih adalah laju penyimpanan bahan organik yang tidak
digunakan oleh heterotrof per satuan waktu. Produktivitas setiap jenis
ekosistem berbeda-beda.
E.
Kebergantungan
Kebergantungan pada ekosistem dapat
terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.
Kebergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui:
1. Rantai
makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melaluiproses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi
atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau
produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen
primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai
makanan yang saling berhubungan satu sama
lain sedemikian rupa sehingga
membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap
jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Kebergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus
materi, seperti:
1. siklus karbon
2. siklus air
3. siklus nitrogen
4. siklus sulfur
Siklus ini berfungsi
untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat. Kegiatan manusia
telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh manusia cenderung mengganggu keseimbangan
lingkungan alam.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
Gambar
1.3
F.
Satuan
dalam Ekosistem
Antara makhluk hidup satu dengan yang
lain akan selalu terjadi interaksi. Ekosistem
tersusun atas komponen-komponen yang saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Komponenitu membentuk satuan-satuan organisme kehidupan. Antara
individu yang satu dengan lainnya dalam satu daerah akan membentuk populasi.
Selanjutnya, antara populasi yang satu dengan yang lainnya dalam satu daerah
akan terjadi interaksi membentuk komunitas.
Selanjutnya, komunitas ini juga akan selalu beriteraksi dengan tempat
hidupnya. Misalnya, rumput hidup di tanah, belalang hidup di rerumputan, dan
ikanikan hidup di air.
Hubungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya akan membentuk
ekosistem. Kumpulan ekosistem di dunia akan membentuk biosfer. Urutan
satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem dari yang kecil sampai yang besar adalah
sebagai berikut:
1. Individu
2. Populasi
3. Komunitas
4. Ekosistem
5. Biosfer.
Pembahasan
:
1. Individu Tanaman Padi
Istilah individu berasal dari bahasa
Latin individum yang berarti tidak dapat dibagi. Di dalam ekologi, individu
dapat diartikan sebagai sebutan untuk makhluk tunggal. Beberapa pengertian
individu antara lain:
a) Suatu
individu selalu menggambarkan sifat tunggal
b) Dalam
diri yang tunggal terjadi proses hidup sendiri
c) Proses
hidup yang satu dengan lainnya berbeda.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg)
Gambar
1.4 Mendeskripsikan individu tanaman padi
2.
Populasi
Padi
Populasi adalah semua individu sejenis
yang menempati suatu daerah tertentu. Suatu organisme disebut sejenis bila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Menempati
daerah atau habitat yang sama
b) Mempunyai
persamaan bentuk, susunan tubuh, dan aktifitas
c) Mampu
menghasilkan keturunan yang subur, yaitu yang mampu berkembang biak.
Sebagai contoh, pada suatu lahan seluas
200 m² terdapat 500 batang tanaman padi, 100 ekor belalang, 50 ekor jangkrik,
10 batang tanaman sengon, dan 30 batang tanaman kelapa. Berdasarkan data
tersebut maka di dalam lahan atau daerah tersebut terdapat beberapa populasi,
yaitu populasi padi, populasi belalang, populasi jangkrik, populasi sengon dan
populasi kelapa.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.jpg)
Gambar
1.5 Populasi Padi yang menempati daerah yang sama
3. Komunitas
Komunitas dapat diartikan sebagai
seluruh populasi yang menempati daerah yang sama. Di daerah tersebut, antar
jenis makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya akan terjadi interaksi, Kemudian interaksi
itu membentuk suatu kumpulan, dimana di dalamnya setiap individu
menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Di dalam kumpulan tersebut
terdapat suatu kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan, dan hubungan timbal
balik yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.jpg)
Gambar 1.6
4. Ekosistem Sawah
Ekosistem merupakan tatanan secara utuh dari seluruh unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem juga dapat diartikan
sebagai hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dengan
lingkungannya. Berdasarkan sejarah
terbentuknya, ekosistem dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya
pengaruh atau campur tangan manusia. Misalnya, ekosistem gurun pasir, ekosistem
hutan tropis, dan ekosistem hutan gugur. Setiap ekosistem mempunyai ciri khas.
Ciri itu sangat ditentukan oleh faktor suhu, curah hujan, iklim, dan lain-lain.
b.
Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Misalnya,
kolam, waduk, sawah, ladang, dan tanam. Pada umumnya, ekosistem buatan
mempunyai komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya. Pada
ekosistem sawah, komponen biotik yang banyak, yaitu padi dan kacang.
c.
Ekosistem Suksesi, yaitu ekosistem yang merupakan hasil suksesi lingkungan yang
sebelumnya didahului oleh kerusakan. Pada lingkungan demikian, jenis
tumbuhan yang berkembang ditentukan oleh jenis organisme yang hidup di
sekitarnya.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.jpg)
.Gambar
1.7
5. Biosfer
Biosfer adalah kumpulan dari semua
ekosistem yang terdapat di permukaan bumi ini. Ada pula ahli yang menyatakan
bahwa biosfer adalah tempat beroperasinya ekosistem. Bagian bumi yang dihuni
organisme hanya beberapa meter di bawah permukaan tanah hingga 9.000 meter di
atas permukaan bumi, serta beberapa meter di bawah permukaan laut. Jadi, tidak
di seluruh bagian bumi ini terdapat ekosistem sebab hanya daerah yang terdapat
kehidupanlah yang dapat disebut ekosistem.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.jpg)
Gambar 1.8 Biosfer lahan sawah
G.
Rantai
Makanan
Rantai makanan adalah perjalanan makan
dan dimakan dengan urutan tertentu antar makhluk hidup. Di lautan, yang menjadi
produsen adalah fitoplankton, yaitu sekumpulan tumbuhan hijau yang sangat kecil
ukurannya dan melayang-layang dalam air. Konsumen I adalah zooplankton (hewan
pemakan fitoplankton), sedangkan konsumen II-nya adalah ikan-ikan kecil, konsumen III-nya adalah ikan-ikan
sedang, konsumen IV-nya adalah ikan-ikan besar.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image018.jpg)
Gambar
1.9 Rantai makanan pada ekosistem sawah
H.
Skema
Rantai Makanan
Urutan peristiwa makan dan dimakan di
atas dapat berjalan seimbang dan lancar bila seluruh komponen tersebut ada.
Bila salah satu komponen tidak ada, maka terjadi ketimpangan dalam urutan makan
dan dimakan tersebut. Agar rantai makanan dapat terus berjalan, maka jumlah
produsen harus lebih banyak daripada jumlah konsumen kesatu, konsumen kesatu
lebih banyak daripada konsumen kedua, dan begitulah seterusnya. Ada satu lagi komponen yang berperan besar
dalam rantai makanan, yaitu pengurai. Pengurai adalah makhluk hidup yang
menguraikan kembali zat-zat yang semula terdapat dalam tubuh hewan dan tumbuhan
yang telah mati. Hasil kerja pengurai dapat membantu proses penyuburan tanah.
Contoh pengurai adalah bakteri dan
jamur. Ekosistem merupakan tempat
berlangsungnya hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu : ekosistem alam dan ekosistem buatan. Contoh
ekosistem alam adalah hutan, danau, laut, dan padang pasir. Contoh ekosistem
buatan adalah sawah, waduk, kolam, dan akuarium.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image020.jpg)
Gambar
1.1.1
Pada sebuah ekosistem terdapat banyak
komponen. Komponen-komponen ekosistem, antara lain, produsen, konsumen,
pengurai, dan komponen abiotik.
a. Produsen
Semua tumbuhan hijau adalah produsen
dalam sebuah ekosistem. Produsen artinya penghasil, yaitu menghasilkan
bahan-bahan organik bagi makhluk hidup lainnya. Contoh produsen adalah padi,
ubi, sagu, dan tomat.
b. Konsumen
Konsumen adalah pemakai bahan organik
yang dihasilkan oleh produsen. Berikut ini beberapa tingkatan konsumen menurut
apa yang dimakan.
a) Konsumen
Tingkat I.
Konsumen tingkat I adalah makhluk hidup
yang memperoleh energi langsung dari produsen.
b) Konsumen
Tingkat II.
Konsumen tingkat II adalah makhluk hidup
yang memperoleh makanan dari konsumen tingkat I.
c) Konsumen
Tingkat III.
Konsumen tingkat III adalah makhluk
hidup yang memperoleh makanan dari konsumen tingkat II.
c. Pengurai
Pengurai adalah makhluk hidup yang
menguraikan kembali zat-zat yang semula
terdapat dalam tubuh hewan dan tumbuhan yang telah mati. Pengurai membantu
proses penyuburan tanah. Misalnya, bakteri dan jamur. Komponen Abiotik.
Komponen abiotik adalah tempat tumbuhan hijau (produsen) tumbuh. Kesuburan
lingkungan abiotik ditentukan oleh kerja pengurai.
I.
Ekosistem
Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang
diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan
subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh
manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan
adalah:
1) Bendungan
2) Hutan
tanaman produksi seperti jati dan pinus
3) Agroekosistem
berupa sawah tadah hujan
4) Sawah
irigasi
5) Perkebunan
sawit
6) Ekosistem
pemukiman seperti kota dan desa
7) Ekosistem
ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme
tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan
tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi
dan panas. Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang
dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar.
J.
Ekosistem
Sawah
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang
secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami
padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk
bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan
air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam
pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air,
sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan,
sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal
sebagai padi lahan basah (lowland rice). Padi adalah salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan
sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan
padi dinamakan beras. Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak
ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
1. Budidaya
padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah
Sungai Yangtse di Tiongkok.
2. Budidaya
padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
3. Budidaya
padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
4. Budidaya
gogo rancahatau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan
kering. Sistem ini sukses diterapkan di
Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan
kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang
cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo. Secara ringkas,
bercocok tanam padi mencakup pengolahan tanah, persemaian, pemindahan atau
penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman,
serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam
rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan
penyimpanan biji.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image022.jpg)
Gambar
1.1.2
K.
Hama
Dan Penyakit
Hama-hama
penting
1.
Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
2.
Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
3.
Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
4. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
5.
Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
6.
Lembing hijau (Nezara viridula)
7. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
8.
Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
9. Lalat bibit (Arterigona exigua)
10.
Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
11.
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-Penyakit
Penting
1.
blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
2.
hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image024.jpg)
Gambar
1.1.3
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image026.jpg)
Gambar
1.1.4
L.
EKOSISTEM
PERTANIAN: SAWAH-MUSUH ALAMI
Ekosistem pertanian adalah ekosistem
yang sederhana dan monokultur jika dilihat dari komunitas, pemilihan vegetasi,
diversitas spesies, serta resiko terjadi ledakan hama dan penyakit. Musuh alami berperan dalam menurunkan populasi
hama sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Hal ini terbukti dari setiap pengamatan
dilahan pertanian, khususnya padi, beberapa jenis musuh alami selalu hadir
dipertanaman. Ekosistem persawahan secara
teoritis merupakan ekosistem yang tidak
stabil. Kestabilan ekosistem persawahan tidak hanya ditentukan oleh diversitas
struktur komunitas, tetapi juga oleh sifat-sifat komponen, interaksi antar
komponen ekosistem. Hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti mengenai kajian habitat
menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem
persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama khususnya wereng batang coklat (WBC). Predator WBC umumnya polifag, akan memangsa
berbagai jenis serangga. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunitas persawahan merupakan komunitas
yang beranekaragam. Tidak tertutup kemungkinan bahwa pada ekosistem pertanian
dapat dijumpai keadaan yang stabil. Apabila interaksi antar komponen dapat
dikelola secara tepat maka kestabilan ekosistem pertanian dapat
diusahakan.
Untuk mempertahankan ekosistem
persawahan yang stabil maka konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dapat
diterapkan. PHT mendapatkan efisiensi pengendalian yaitu mengurangi insektisida
dan memanfaatkan metoda non kimia. Di
persawahan, musuh alami jelas berfungsi, sehingga akan terjadi keseimbangan
biologis. Keseimbangan biologis ini
kadang-kadang tercapai, tetapi bisa juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena faktor lain yang
mempengaruhi, yaitu perlakuan agronomis dan penggunaan insektisida.
Salah satu pendorong meningkatnya
serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu
dan disetiap tempat. Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem
pertanian rentan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan maka
tindakan mengurangi serangan OPT melalui pemanfaatan serangga khususnya musuh
alami dan meningkatkan diversitas tanaman
seperti penerapan tanaman tumpang sari, rotasi tanaman dan penanaman lahan-lahan
terbuka dapat dilakukan karena meningkatkan stabilitas ekosistem serta
mengurangi resiko gangguan OPT.
Mekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenisitas,
persaingan intraspesies dan
interspesies, suksesi, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati dapat
dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan.
Salah satu komponen PHT adalah
pengendalian dengan menggunakan musuh alami.
Teori mendasar dalam pengelolaan hama adalah mempertimbangkan komponen
musuh alami dalam strategi pemanfaatan dan pengembangannya. Taktik pengelolaan hama melibatkan musuh
alami untuk mendapatkan penurunan status hama disebut pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami tidak menimbulkan
pencemaran, dari segi ekologi tetap lestari dan untuk jangka panjang relatif
murah. Pengendalian dengan memanfaatkan
musuh alami atau secara biologis adalah kerja dari faktor biotis seperti
parasitoid, predator dan patogen terhadap mangsa atau inang, sehingga
menghasilkan suatu keseimbangan umum yang lebih rendah daripada keadaan yang
ditunjukkan apabila faktor tersebut tidak ada atau tidak bekerja.
Pengendalian HAYATI merupakan salah satu
pengendalian yang dinilai cukup aman karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu
:
1) selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan
hama baru,
2) organisme yang digunakan sudah tersedia
dialam,
3) organisme yang digunakan dapat mencari dan
menemukan inangnya,
4) dapat berkembang biak dan menyebar,
5) hama tidak menjadi resisten atau kalau
terjadi sangat lambat, dan
6) pengendalian berjalan dengan sendirinya.
Pengendalian
biologi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) pengendalian
biologi alami yaitu pengendalian hama dengan musuh alami, tanpa campur tangan
manusia,
2) pengendalian
biologi terapan yaitu pengendalian hayati dengan campur tangan manusia.
Telah diketahui berbagai jenis musuh alami yang dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu : parasitoid, predator dan patogen.
Terdapat 79 jenis musuh alami WBC diantaranya adalah parasitoid,
predator dan patogen. Musuh alami yang
potensial untuk penggerek batang padi (PBP) adalah parasitoid. Ada 3 jenis
parasitoid PBP yaitu : Tetrastichus schenobii Ferr., Telenomus rowani Gah., dan
Trichogramma japonicum Ashm (Jepson, 1954; Soehardjan, 1976). Sampai saat ini telah diketahui banyak
spesies jamur patogen serangga (JPS) pada tanaman padi. Di antara patogen tersebut Hirsutella
citriformis, Metarrhizium anisopliae dan Beauveria bassiana mempunyai potensi
untuk mengendalikan WBC. Keberadaan
musuh alami hama khususnya hama padi sangat penting dalam menentukan populasi
hama tersebut. Parasitoid dan predator
mampu menurunkan padat populasi hama, sedangkan
infeksi JPS dapat mematikan dan mempengaruhi perkembangan hama,
menurunkan kemampuan reproduksi, serta
menurunkan ketahanan hama terhadap predator, parasitoid dan patogen lainnya.
Berbagai jenis artropoda terdapat dalam ekosistem padi sawah dan turut berperan dalam keseimbangan hayati
untuk mencapai pengendalian hama yang ramah lingkungan dan menuju pertanian
berkelanjutan.
Potensi berbagai jenis musuh alami
khususnya parasitoid dan predator hama wereng coklat dan penggerek batang padi
serta pelestariannya yang dapat dijadikan agen hayati untuk pengendalian hama
utama tanaman padi. Konsep PHT adalah
cara pengendalian yang cocok untuk mewujudkan sistem pengendalian yang ramah
lingkungan. Hal ini terbukti dari keanekaragaman hayati serangga sesudah PHT
lebih komplek dibandingkan sebelum PHT.
M.
EKOSISTEM
SAWAH: IRIGASI
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan
manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah
banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika
persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata
air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia
biasa disebut menyiram.
1. Irigasi
Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem
irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun
melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan
secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal
saluran primer, sekunder dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu
air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih
dulu.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image028.jpg)
Gambar
1.1.5
1) Irigasi
Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara
pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat
air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara
lokal.
2) Irigasi
dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot
air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman
mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
3) Irigasi
Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara
perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang
harus menenteng ember.
4) Irigasi
Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan
dinaikkan melalui pompa air, kemudia dialirkan dengan berbagai cara, misalnya
dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi
sawah.
![](file:///C:\Users\Acer\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image030.jpg)
Gambar 1.1.6
IRIGASI
PASANG-SURUT DI SUMATERA, KALIMANTAN, DAN PAPUA
memanfaatkan pasang-surut air di wilayah
Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat
(Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan lahan
pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari
sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam
dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal
sejak Abad XIX. Pada waktu itu pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa
sebagai kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada
cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di
Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan
sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip. Dengan
5) Irigasi
Lahan Kering dan Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan
pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan
berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana
irigasi yang tersedia. Ada beberapa
sistem irigasi untuk pertanian lahan kering, yaitu:
(1)
irigasi tetes (drip irrigation),
(2)
irigasi curah (sprinkler irrigation),
(3)
irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
(4)
irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien,
irigasi tetes merupakan salah satu alternatif. Misal sistem irigasi tetes
adalah pada tanaman cabai. Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting.
Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan
deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan karakteristik air
bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan
kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.
N.
KONDISI GEOGRAFIS KAB. BATOLA
Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur Timur. Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar dengan kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur Timur. Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar dengan kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan laut.
Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Kabupaten Barito Kuala
diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas, hal
ini sangat mempengaruhi tata air yang ada di wilayah kabupaten ini, Disamping
itu terdapat pula 3 buah terusan (anjir) buatan yang menghubungkan Sungai
Barito dan Sungai Kapuas yaitu Anjir Talaran, Anjir Serapat dan Anjir Tamban.
Keadaan hidrologi ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan present land use
baik di daerah ini maupun di bagian hulu. Dalam musim hujan pada waktu pasang
air Sungai Barito dapat membanjiri sebagian besar wilayah ini dan mengakibatkan
permukaan tanah tergenang terus menerus.Kapasitas pengairan alam melalui
anak-anak sungai kecil sehingga terbentuk tanah rawa. Pasang surut turut pula
mempengaruhi tata air yang ada, yang selalu bergerak naik turun mengikuti
fluktuasi pasang surut air pada Sungai Barito dan Sungai Kapuas, gerak pasang
surut ini terjadi 2 kali dalam 24 jam dan setiap harinya terlambat 50 menit
sesuai dengan peredaran bulan. Perbedaan
tinggi rendah permukaan air pada waktu pasang surut dapat mencapai 2-3 M, gerak
pasang surut inilah yang dimanfaatkan oleh para petani untuk menggali
handil-handil (parit).
pada daerah yang akan dijadikan persawahan Secara umum
daerah ini ditutupi oleh tumbuhan rawa daerah pantai ditutupi oleh hutan bakau
(Mangrove) dan sedikit ditemukan cemara laut (Cacuarina sp). Sedangkan daerah
yang masih dipengaruhi oleh air payau 1-3 Km dari pantai, di lokasi ini banyak
ditumbuhi pohon nipah dan tumbuhan lainnya adalah nibung. Tumbuhan jingah,
rambai yang tumbuh di sepanjang sungai, tumbuhan galam (Melaleuca spp) dan purun
tikus (Fimbristylis spp) terdapat pada daerah yang sifat keasamannya antara PH
3,5-4,5 yang biasanya tumbuhan ini hidup berdampingan dan kadangkadang
diselingi oleh rumput-rumputan.
Galam merupakan pohon yang amat dominan dijumpai di wilayah
ini, sedangkan hutan primier tidak ada. Jenis kayu hutan yang lain adalah
belangiran (Shorea Belangiran), tumih. Tumbuhan air seperti enceng gondok dan
rumput air yang acap kali menutupi saluran (anjir), sehingga menghambat lalu
lintas air.Di daerah ini dijumpai juga beberapa jenis fauna yang hidup dan bisa
kita temui, diantaranya beberapa jenis ikan darat seperti ikan gabus
(Ophicephalus striatus), papuyu (Anabs testudineus), sepat, baung, patin, pipih
dan lain-lain. Ikan-ikan tersebut hidup di sungai-sungai dan saluran rawa-rawa
serta sawah. Jenis reftil seperi ular sawah, biawak. Terdapat pula salah satu
jenis kera yang khas dan langka yaitu Bekantan (Nasalis Larvatus) yang
merupakan maskot fauna Provinsi Kalimantan Selatan.
Binatang mamalia lainnya adalah beberapa jenis kera, kucing
hutan, beruang, musang dan lain-lain. Binatang lain yang merupakan hama tanaman
adalah tikus dan babi hutan Jenis tanah yang diperoleh dari hasil survey
eksplorasi yang sudah ada, disini terdapat dua jenis tanah yang masing-masing adalah
ORGANOSOL yakni seluas 101.900 Ha (34%) dan tanah ALLUVIAL seluas 191.390 Ha
(66%). Tanah Organosol berwarna coklat hitam dan sering tanah ini disebut
gambut atau peat (bahan yang mudah terbakar), tanah ini terbentuk dari serat
tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, sifat keasamannya sangat
tinggi sehingga kalau ingin mempergunakan tanah ini harus dengan sistem
drainage. Tanah Alluvial berwarna coklat hijau, tanah ini terdiri dari endapan
Alluvium yang bahan induknya terutama termasuk dari pasir dan lumpur yang
dibawa dan diendapkan oleh arus sungai dari pedalaman, tanah terdapat di
sepanjang Sungai Barito dan tepi Sungai Kapuas, berupa tanggul-tanggul dan juga
pada beberapa medeander sungai. Tanah Alluvial ini menutupi areal seluas
191.390 Ha, atau lebih kurang 64% dari luas wilayah Kabupaten Barito Kuala dan
merupakan daerah terbaik bagi pertanian pasang surut.
Kemampuan tanah di daerah ini di ketahui bawah wilayah ini
tidak seluruhnya datar, yakni lereng 0,2 % sehingga merupakan daerah endapan.
Keadaan effektif tanah untuk alluvial lebih besar dari pada 90 cm tercatat
hampir 60% - 64% dari luas wilayah, sedangkan daerah yang ketebalan gambutnya
lebih besar dari 75 cm terdapat seluas 6,74% tekstur tanah 95% liat (halus)
sedangkan drainage yang dominan yakni di daerah yang tergenang rawa, untuk
erosi tidak ada. Dari data diatas, kalau kita transparankan pada peta
penggunaan tanah dengan peta kemampuan tanah dan jenis tanah maka akan kita
lihat pada umumnya daerah yang diusahakan penduduk adalah daerah alluvial yang
digunakan pada umumnya persawahan, karena memang merupakan daerah yang cukup
subur. Pada daerah orgonosal atau gambut juga telah diusahakan dengan membuat
handil-handil atau saluran-saluran pembuangan air sehingga untuk tempattempat
ketebalan gambutnya cukup tinggi dengan adanya
handil-handil tersebut ketebalannya bisa menipis, sehingga bisa diusahakan
Kabupaten Barito Kuala terletak di garis Khatulistiwa yang banyak curah
hujannya, menurut FH. SCHMIT dan Y.A. FERGUSON dan VARHANDELINGAN nomor 42 dari
Jawatan Meteorologi dan Geofisika, wilayah ini termasuk daerah hujan tipe b
yaitu iklim yang mempunyai 1-2 bulan kering dalam setahun. Temperatur rata-rata
antara 26° C – 27° C, suhu maksimal adalah 27,50° C terdapat pada bulan
Oktober, sedangkan suhu minimum terdapat pada bulan Juli dengan suhu mencapai
26,50°C. Menurut penelitian angka ratarata hujan setiap tahunnya adalah 2665 mm
dengan 107 hari hujan untuk Daerah Marabahan.
Angin pada bulan Januari, Pebruari dan Maret berhembus dari
arah Barat Laut, bulan April dari arah Tenggara dan pada bulan Nopember, arah
angin dari Barat Laut. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh
iklim, geografi dan pertemuan arus udara.
Jumlah curah hujan selama Tahun 2009 sebesar 2.047 mm.
Curah hujan tertinggi pada Tahun 2009 terjadi pada bulan Januari dan Desember
yaitu sebesar 359,7 dan 334 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan
September yakni sebesar 9,7 mm. Jumlah hari hujan selama Tahun 2009 sebanyak
107 hari dengan hari hujan terbanyak adalah di bulan Januari sebesar 19 hari.
Hari hujan terjarang terjadi di bulan Agustus dan September sebanyak 1 hari
hujan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ekosistem merupakan suatu proses yang terbentuk karena
adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi
kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak
hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya
saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi
antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan.
Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak
paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas: sebelah utara
Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah. Dengan letak astronomis berada pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan
dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur Timur.
Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar dengan
kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas
permukaan laut.
B.
SARAN
Semoga penyajian dalam makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembacanya. Untuk itu apabila ada kata yang salah atau menyinggung para
pembaca, kami minta maaf yang sebesar-besarnya. Tidak luput dari kelemahan dan
kekurangan maka kami mengharapkan tegur sapa serta kritik yang membangun dari
pembaca, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pembaca karena berkenan
kiranya membaca dan memahami serta mengamati hasil dari makalah kami.
Langganan:
Postingan (Atom)